Tampilkan postingan dengan label dua dunia 2012. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label dua dunia 2012. Tampilkan semua postingan

Dua Dunia - Mengapa harus memberi permisi pada Jin?

dua dunia



Dua Dunia - episode Karang Ki Haji.
Misteri yang beredar di Pandeglang,tepatnya daerah 'Karang Ki Haji'. konon katanya bila nelayan menabrak karang Ki Haji maka tidak akan mendapatkan hasil laut, mitosnya nelayan harus mengambil air laut di sekitar karang dan menyiram perahunya  sebagai bentuk 'permisi' kepada mahluk halus. bagaimana Islam menghadapi persoalan 'permisi' kepada mahluk halus?

 

[youtube id="FF3rrtFmDqc" title="Dua Dunia - Episode Karang Ki Haji"]

Penulis : Al Ustadz Ayub Abu Ayub

“Mbah, permisi ya!” Kata-kata ini atau yang semakna ini acap kali terdengar ketika seseorang menginjakkan kakinya di wilayah yang kelihatannya jarang dikunjungi oleh makhluk yang bernama manusia. Atau sebagai kata-kata yang sering dilontarkan ketika melewati sebuah jalan tertentu yang diyakini seandainya mereka yang lewat tidak mengucapkannya maka sangat dikhawatirkan malapetaka akan menimpanya.

Ritual penyembelihan ayam hitam juga kerap dilakukan dalam rangka menolak bala. Tempat yang sering terjadi musibah di situ mesti dicucuri darah ayam hitam ini. Tentu saja dengan keyakinan dan harapan angka kecelakaan bisa hilang atau diminimalisir. Begitu juga upacara-upacara yang mempersembahkan sesajen-sesajen lengkap dengan kepala kerbaunya kepada para “penguasa” alam ini. Mulai dari “penguasa” hutan, gunung, laut, kampung, dusun, kota, hingga kepada “penguasa” jalan. Jimat-jimat, rajah-rajah dan berbagai macam bentuk simbol keberuntungan juga banyak menghiasai rumah, toko, pabrik, kantor, tubuh, dan lain sebagainya, seraya berharap keberuntungan selalu mendampingi usaha mereka.

Tak bisa diingkari lagi bahwa fenomena ini memang terjadi di tengah-tengah kita. Bahkan dengan jumlah yang tidak sedikit. Seseorang yang paling berpendidikan sekalipun kadang tak luput dari hal-hal yang demikian. Mereka yang terdidik untuk berpikir secara rasional ternyata kerasionalan itu hilang begitu saja ketika berhadapan dengan hal yang demikian. Kenapa ini bisa terjadi?

Ini terjadi karena adanya ketergantungan dan keterkaitan hati terhadap hal-hal yang diyakini tersebut. Ketika seseorang permisi -untuk melalui suatu jalan atau mendatangi suatu tempat asing- kepada yang dianggap berkuasa di tempat itu maka sesungguhnya itu terjadi karena adanya ketergantungan dan keterkaitan hati orang tersebut dengan sesuatu tadi. Dengan adanya ketergantungan dan keterkaitan hati ini dia berkeyakinan bahwa sesuatu itu akan melindungi dia. Dia sandarkan nasibnya kepada sesuatu tersebut. Inilah yang terjadi. Lalu bagaimana Islam menghukumi terhadap hal-hal yang demikian?

Islam mengajarkan agar seseorang hanya menggantungkan dan mengaitkan hatinya kepada ALLAH semata. ALLAH-lah yang telah menciptakannya. ALLAH jua yang mengarunainya rezeki. ALLAH yang mengatur alam ini. ALLAH yang menguasai jagat raya ini. ALLAH yang berkuasa atas segala sesuatu. ALLAH yang melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya. ALLAH Dzat yang Maha Mendengar. ALLAH Dzat yang Maha Melihat. ALLAH Dzat yang Maha Mengetahui. ALLAH yang mengabulkan permintaan dan permohonan hamba-Nya. ALLAH yang memberi manfa’at dan madhorot. ALLAH dengan segala kesempurnaan dzat dan sifat-sifat-Nya. Sungguh amat pantas dan memang sudah semestinyalah bagi seseorang untuk menggantungkan dan mengaitkan hatinya hanya kepada ALLAH semata, Dzat yang Maha Sempurna.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ

Barang siapa yang bergantung kepada sesuatu maka dia serahkan kepadanya (HR. Tirmidzi dihasankan oleh Asy Syaikh Al Albany rahimahullah)

Yaitu barang siapa yang bergantung kepada sesuatu dan menjadikannya sebagai tujuan, sehingga dia menggantungkan harapan kepadanya dan menjadikannya sebagai penghilang rasa takutnya, maka dia akan menyerahkan dirinya kepada sesuatu tersebut dan akan bersandar kepadanya. Begitu pula, apabila seseorang hanya bergantung kepada ALLAH, maka dia akan menjadikan ALLAH sebagai tujuannya, dia gantungkan harapannya kepada-Nya, dan ALLAH-lah yang menghilangkan rasa takut yang ada pada dirinya. Dia serahkan dan sandarkan dirinya, hanya kepada ALLAH Ta’ala.

Sebaliknya, apabila dia bergantung kepada sesuatu selain ALLAH, maka dia akan berserah diri dan menyandarkan dirinya kepada sesuatu tersebut. Dan ini adalah salah satu bentuk kesyirikan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ

Barang siapa yang menggantungkan jimat maka dia telah berbuat syirik” (HR. Imam Ahmad)

Seseorang yang menggantungkan jimat dalam rangka mengangkat malapetaka atau melindungi diri dari musibah berarti dia telah menggantungkan hatinya kepada jimat tersebut. Berarti pula dia telah menyandarkan dirinya dan hatinya kepada jimat tersebut. Dia berkeyakinan bahwa jimat itu bisa melindungi dia dari mara bahaya. Padahal tidak ada yang bisa melindungi dia dari mara bahaya kecuali اللّهُ Ta’ala. Karena itu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menghukumi bahwa orang yang demikian telah berbuat syirik. Kenapa? Karena hatinya sudah bergantung dan bersandar kepada selain ALLAH, dan ini sangat bahaya.

Bahaya? Ya, karena syirik adalah dosa besar yang tidak terampuni. Selain itu, orang yang menyandarkan hatinya tidak kepada ALLAH, maka hatinya akan menjadi lemah. Coba orang yang seperti ini dijauhkan dari jimatnya. Atau larang dia untuk mengucapkan kata “permisi” kepada “penunggu” kawasan. Atau cegah dia dari penyembelihan ayam hitam. Atau larang dia untuk mempersembahkan sesajen. Apa yang akan terjadi? Hatinya akan gelisah, resah, takut bahwa mara bahaya akan menimpanya. Khawatir keberuntungan tidak akan menyapanya. Cemas, harapannya tidak bisa terwujud. Apakah hati yang seperti ini bisa dikatakan sebagai hati yang kuat? Atau sebagai hati yang sehat? Bahkan sebaliknya, yang seperti ini adalah hati yang lemah dan sakit.

Hati yang sehat dan kuat adalah hati yang bertawakal hanya kepada ALLAH.

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

(Artinya: “Barang siapa yang bertawakkal hanya kepada ALLAH, maka ALLAH cukup baginya” )

(Ath Tholaq: 3)

Hati yang sehat dan kuat adalah hati yang bersandar hanya kepada ALLAH.

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

(Artinya:”Cukup bagi kami Allah dan sebaik-baik tempat penyerahan diri“) (Ali Imran:173)

Hati yang sehat dan kuat adalah hati yang meminta pertolongan hanya kepada ALLAH.

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

(Artinya: “Hanya kepada Engkaulah kami beribadah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan” ) (Al Fatihah: 5)

Hati yang sehat dan kuat adalah hati yang berlindung hanya kepada ALLAH.

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ

(Artinya:“Katakanlah (-wahai Muhammad-): “Aku berlindung kepada Rabbnya Manusia”)
(An-Naas: 1)

Hati yang sehat dan kuat adalah hati yang takut hanya kepada ALLAH.

فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

(Artinya: “Maka janganlah kalian takut kepada mereka dan takutlah hanya kepada-Ku, jika kalian orang-orang yang beriman.“) (Ali Imran:175)

Hati yang sehat dan kuat adalah hati yang bergantung hanya kepada ALLAH saja.

Ketahuilah, ketergantungan hati kepada selain Allah

Ta’ala ada beberapa macam:

1. Ketergantungan hati yang menyebabkan sirnanya nilai tauhid secara keseluruhan, yaitu dia bergantung kepada sesuatu yang sebenarnya tidak mempunyai pengaruh sama sekali, dan bersandar kepadanya, yang menyebabkan dia berpaling dari ALLAH Ta’ala. Seperti; ketergantungan para penyembah kuburan terhadap para penghuninya -untuk melepaskannya dari musibah-musibah yang menimpanya-. Oleh karena itu, jika mereka menemui mara bahaya yang dahsyat, mereka akan mengatakan, “Wahai fulan, selamatkanlah kami!” Yang demikian ini -tidak diragukan lagi adalah kesyirikan yang besar, yang mengeluarkan seseorang dari Islam.

2. Ketergantungan hati yang melenyapkan kesempurnaan tauhid. Yaitu, ketika seseorang bersandar kepada sebab-sebab yang dibolehkan oleh syari’at ini, akan tetapi dia lalai terhadap yang menciptakan sebab-sebab tersebut, yaitu ALLAH ‘Azza wa Jalla, dan dia tidak memalingkan hatinya kepada-Nya. Dan ini adalah salah satu bentuk kesyirikan. Tetapi tidak dikatakan syirik besar, karena sebab-sebab ini memang telah ALLAH jadikan sebagai sebab.

3. Dia bergantung dengan sebab semata-semata hanya karena itu sebagai sebab saja. Sementara penyandaran asalnya masih hanya kepada ALLAH Ta’ala. Maka dia berkeyakinan bahwa sebab ini adalah dari ALLAH Ta’ala, dan bahwasanya ALLAH -kalau Dia menghendaki akan menghilangkan pengaruhnya atau membiarkannya-. Dan dia berkeyakinan, bahwasanya sebab tersebut tidak akan memiliki pengaruh kecuali dengan kehendak ALLAH Ta’ala. Yang demikian itu
tidaklah mengurangi sama sekali kesempurnaan tauhidnya.

Lihatlah akhir dari keadaan seseorang yang menggantungkan hatinya kepada selain ALLAH. Akhir yang menakutkan dan mengerikan. Akhir yang penuh dengan risiko dan mara bahaya. Siapakah kiranya -orang berakal- yang menginginkan hatinya menjadi lemah. Siapa juga yang sudi hatinya menjadi sakit. Bahkan akhirnya terjatuh ke dalam jurang kesyirikan yang sangat berbahaya.

Jika seseorang terjatuh ke dalamnya, hanya dengan rahmat ALLAH serta taufiq-Nya sajalah dia biasa bangkit dan selamat dari jurang tersebut. Tanpa itu, mustahil seseorang akan selamat.

Sudah saatnya bagi kita untuk bercermin, kemudian berkata;

Kepada siapa selama ini hati ini aku gantungkan? Kepada siapa selama ini hati ini aku sandarkan? Kepada siapa selama ini jiwa ini aku serahkan? Kepada-Mu kah ya ALLAH, atau kepada jimat-jimat yang tergantung indah? Atau kepada para “penguasa” alam tersebut yang katanya bisa melindungi? Atau kepada secuil pekerjaan yang menjanjikan? Atau kepada mereka yang katanya akan menjamin kebahagiaan hidupku? Atau, kepada siapakah?

Ya ALLAH, jadikanlah kami orang-orang yang hanya bertawakal kepada-Mu.

Ya ALLAH, jadikanlah kami orang-orang yang selalu bersandar kepada-Mu.

Ya ALLAH, jadikanlah kami orang-orang yang berserah diri kepada-Mu.

Ya ALLAH, jadikanlah kami orang-orang yang menggantungkan hatinya hanya kepada-Mu.

Buletin Jum’at Risalah Tauhid -Depok- edisi 83

 

Dua Dunia - Mengapa Jin tidak kepanasan dibacakan Al-Quran ?

 Dua Dunia


[video type="youtube" id="Otyg8ojho2Y" width="420" height="315" ]

Dua Dunia Episode Pesantren Kuningan. Konon katanya Jin suka menganggu para santri yang mengaji. bagaimana santri yang notabene pasti orang yang fasih membaca Al-Quran masih bisa diganggu oleh mahluk jin?

Mengapa Jin tidak panas dibacakan al-quran ?
Biasanya bukan jin yang minta dibacakan ayat Al-Quran Al-Karim, karena umumnya para jin itu justru merasa panas dan terbakar bila dibacakan ayat-ayat Al-Quran Al-Karim. Sehingga kalaulah memang terjadi ada jin yang kafir/fasik datang memasuki tubuh seseorang, lalu dia menantang untuk membacakan ayat Al-Quran Al-Karim kepada orang disekelilingnya, maka ada beberapa kemungkinan :

Pertama, jin itu tahu bahwa tidak ada orang di situ yang secara benar mampu membaca Al-Quran Al-Karim. Sehingga dia berani menantang untuk kalau ada yang mampu, agar dibacakan Al-Quran Al-Karim. Tantangan ini pastilah tidak mungkin akan muncul manakala jin itu tahu ada orang yang mampu melakukan ruqyah dengan benar dan membacakan ayat-ayat Al-Quran Al-Karim dengan fasih dan benar.

Anda harus tahu bahwa jin itu punya segudang pengalaman dan juga lihai melakukan trik untuk menipu. Ibaratnya, kalau dia tahu bahwa pistol kita ini kosong, tidak mustahil dia pasang dada dan menggeretak, “Tembak aku kalau berani. Aku ini kebal lho, jadi kamu tidak bisa menembak akuâ€. Buat orang yang sama sekali tidak pernah pegang pistol dan juga tidak tahu apakah ada pelornya atau tidak, gertakan itu memang bisa bikin ciut dan menyerah. Saat itu jin akan terbahak-bahak bahwa gertakannya itu berhasil.

Kedua, kalaulah ada diantara orang disitu yang pandai membaca Al-Quran Al-Karim dengan benar dan fasih, jin itu kemungkinan juga sekedar nantang. Mungkin dia kuat menahan panasnya bacaan Al-Quran Al-Karim untuk beberapa saat, tapi tidak akan kuat untuk waktu yang lama. Kalau yang meruqyah itu kurang mampu mengatasinya, bisa jadi dia pun akan goyah juga dan mengakui kekuatan jin itu. Karena itu disunnahkan agar orang yang meruqyah itu harus suci hatinya dari beragam motivasi selain karena Allah SWT semata. Juga dia harus selalu membersihkan diri dari amal-amal yang membawa kepada maksiat.

Khusus mengenai jin kafir yang banyak menghafal Al-Quran Al-Karim, maka sama saja kasusnya dengan manusia. Tahukah Anda bahwa seorang Snouck C. Hurgronye adalah seorang kafir asli yang pandai bahasa arab dan konon menghafal banyak ayat Al-Quran Al-Karim serta hadits-hadits nabawi. Begitu juga orientalis inggris yang berjulukan Lawrence The Arabia. Karena sekedar menghafal ayat Al-Quran Al-Karim itu berbeda dengan membacakannya dengan sepenuh hati dan keikhlasan. Sehingga kalau ada jin kafir tau jahat yang ternyata pandai menghafal Al-Quran Al-Karim, maka mungkin saja.

Bahkan jin yang muslim pun bisa saja terjerumus ke jurang kekafiran atau kesesatan sebagaimana layaknya manusia. Ada santri yang dulunya seorang qari’, dia pandai melantunkan ayat-ayat Al-Quran Al-Karim, lalu urban dan masuk kota hingga menjadi penyanyi dangdut dengan goyang pinggul memamerkan aurat. Kita semua tahu siapa dia dan tidak perlu disebut namanya disini. Jin pun demikian, ada jin yang tobat dari kekufuran menjadi muslim yang baik. Dan sebalinya ada jin murtad dari muslim jadi kafir.

Jin itu lahir dan mati Jin itu bisa mati, sedangkan yang tidak mati hanyalah nenek moyangnya yaitu iblis durjana. Dialah yang pada saat nabi Adam diciptakan, merasa iri dan dengki lalu menolak untuk sujud kepada nabi Adam. Lalu Allah SWT mengusirnya namun dia minta agar usianya ditangguhkan hingga hari kiamat. Dan permintaan itu dikabulkan Allah SWT.

Berkata iblis: "Ya Tuhanku, maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari dibangkitkan ,(QS. Al-Hijr : 36)

Sedangkan keturunannya yaitu bangsa-bangsa jin yang ada di seluruh dunia ini bisa mati, meski usia mereka rata-rata lebih lama dari usia manusia. Ada jin yang berusia hingga beratus-ratus tahun lamanya. Tapi mereka tetap akan mati juga.

sumber : Syariah Online

Dua Dunia (trans 7)

Dua dunia


Dua dunia adalah acara realty show misteri yang disiarkan Trans7 tiap rabu dan jumat malam. acara ini mengundang banyak antusias penonton,karena disajikan dengan konsep berbeda daripada acara misteri lainnya.

Twitter host dua dunia:

Indah Ananta Putri

Indah Raharjo

Ustad Hakim Bawazier

Ustadz Ujang Bustomi

 

ada beberapa episode terbaik yang wajib di tonton para pecinta misteri alam gaib,diantaranya:

Dua dunia Episode Ki Jarot


[video type="youtube" id="RvU8ZU0vWA4" width="420" height="315" ]

 

Ki Jarot adalah Aki (dalam bahasa sunda "kakek") Jin yang berasal dari Garut. episode ini mengupas eksitensi Ki Jarot dalam peliputan dua dunia dan sering berinteraksi baik memberikan wejangan agama maupun bergurau kepada tim dengan bahasa sunda. Ki Jarot kerap kali membantu dalam peliputan tim dua dunia .sosok Ki Jarot ini sangat menarik untuk diungkap,mengingat semua mahluk gaib di daerah pasundan segan kepada Ki Jarot.

Dua Dunia Rekayasa?


Stasiun TV Indonesia manakah yang menurut Anda sangat identik dengan horor dan mistik? Ya. Anda semua akan mengatakan bahwa TV tersebut adalah Trans 7. Anda tidak salah. Saya juga punya pendapat yang sama.

seperti yang dikutip di http://www.trans7.co.id/frontend/home/view/144

[quote_left] Program ini lahir dari keinginan untuk mendokumentasikan banyaknya mitos dan budaya klenik yang ada di Indonesia.

Sisi lain dari kehadiran kekuatan luar biasa diluar logika manusia yang hadir dan tumbuh dari tradisi tertentu akan disuguhkan dengan sentuhan logika ilmu pengetahuan melalui riset yang telah dilakukan sebelumnya. Selama 30 menit, Dua Dunia akan mengupas mengenai ilmu Debus dari banten, fenomena Jenglot, Lawang Sewu di Semarang, atau tradisi tua di Bali seperti Barong dan Leak, secara mistis namun tetap berpedoman kepada ilmu pengetahuan. [/quote_left]

Sehubungan dengan itu, ada sebagian penonton yang menilai bahwa tayangan-tayangan berbau mistik di TV kurang mendidik. Untuk kasus tayangan tertentu, kita cukup setuju dengan opini tersebut. Namun tentu saja tidak bisa kita generalisir begitu saja. Masih ada tayangan berbau mistik yang menurut saya justru sangat mendidik (mengandung nilai edukasi bagi para penontonnya).

Hikmah lain yang bisa kita petik dari dialog-dialog para Jin di acara Dua Dunia ini yaitu tentang arwah manusia yang sudah meninggal. Arwah tersebut tidak akan menjelma kembali.seperti pada episode berikut:

 

[video type="youtube" id="WzGR7tAlpGY" width="420" height="315" ]

 

Jadi apakah Dua Dunia rekayasa?

Tidak 100% Rekayasa,dalam kacamata gaib semua yang terjadi itu adalah demikian adanya,walaupun beberapa pesan yang mengandung hikmah sebetulnya adalah 'bumbu' untuk reality show agar terus tetap eksis. namun mengkesampingkan aspek "reality show" yang memang terkesan 'aga dilebihkan' saya rasa acara Dua Dunia cukup menghibur dan berbeda dengan tayangan misteri lain, banyak yang bisa kita ambil sisi positifnya.